Kongres PWI: Munir-Atal Menang

Kongres PWI: Munir-Atal Menang
Ketua Umum PWI Pusat H Akmad Munir menerima pataka pada Kongres Persatuan di Cikarang, Sabtu (30/8). (HO/pwisumut)

CIKARANG - Akhmad Munir terpilih sebagai Ketua Umum PWI Sumut periode 2025-2030 dalam Kongres Persatuan Wartawan Indonsia (PWI) dengan tagline ‘Kongres Persatuan’ di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Sabtu (30/8).

Cak Munir sapaan akrabnya terpilih dalam kongres tersebut usai meraih 52 suara dari total 87 suara. Sementara itu, pesaingnya, Hendry CH Bangun meraih 35 suara.

Untuk Ketua Dewan Kehormatan, Atal S Depari meraih suara terbanyak dengan 44 suara. Sementara itu, Sihono HT meraih 42 suara, satu suaranya lainnya tidak sah.

Seperti diketahui, dalam Dalam visi dan misinya, Munir menempatkan konsolidasi organisasi sebagai prioritas utama.

Selain itu, ia menjanjikan peningkatan profesionalitas wartawan dengan memperbanyak Uji Kompetensi Wartawan (UKW), pelatihan berjenjang, workshop digital, serta penguatan media lokal.
Adaptasi terhadap teknologi juga menjadi perhatiannya, termasuk digitalisasi kelembagaan PWI dan literasi jurnalisme berbasis kecerdasan buatan (AI).

“Seperti kita ketahui, hampir setahun ini di beberapa daerah harus kita konsolidasikan, supaya kembali bersatu,” kata Munir beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi), Nezar Patria, menekankan pentingnya menjaga persatuan wartawan di tengah tantangan informasi saat ini.

“Persatuan bukan hanya untuk PWI, tapi untuk seluruh ekosistem pers Indonesia. Dengan bersatu, kita bisa menghadapi tantangan besar, termasuk disrupsi informasi akibat media sosial,” jelasnya.
Nezar juga menyoroti peran PWI dan posisinya di antara organisasi media lain. “PWI adalah organisasi media tertua, kakak tertua di antara organisasi media lainnya. PWI memiliki nilai sejarah besar, ikut serta dalam perjuangan kemerdekaan, serta meletakkan dasar-dasar jurnalisme nasional. Kini saatnya menatap ke depan, memperkuat solidaritas, dan menjaga semangat kebersamaan,” kata Nezar yang juga seorang wartawan ini.
Mengenai relevansi jurnalisme profesional di era digital, Wamen Komdigi menekankan bahwa profesionalisme menjadi kunci menghadapi arus informasi yang deras.

“Di media sosial, konfirmasi dan akurasi sering diabaikan. Inilah yang membuat akurasi mengalami krisis. Jurnalisme profesional hadir untuk meluruskan kekacauan informasi,” ujarnya.
Ketua Dewan Pers, Komaruddin Hidayat, yang memberi pidato kunci turut menekankan posisi strategis PWI yang sempat terbelah dalam dunia pers Indonesia.

“Kita berharap PWI tidak lagi terbelah. Sebab Matahari kembar bisa membuat cahaya makin terang, tapi juga bisa saling bertabrakan. PWI ibarat partai besar, mirip NU dan Muhammadiyah. Dulu, PWI bahkan lebih besar dari Dewan Pers,” kata Komaruddin.

Komaruddin menekankan, pers sejak dulu menjadi bagian penting perjuangan bangsa. “Kemerdekaan kita juga hasil olahan kata-kata. Nabi pun juru berita dari langit, penyampai pesan. PWI sejak awal menjadi pionir membangun peradaban lewat kekuatan kata. Maka tugas pers hari ini adalah menjaga warisan itu,” kata Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah ini.
Lalu, Kepala BPSDM Hukum, Gusti Ayu Suwardani, menekankan pentingnya kredibilitas dan integritas bagi organisasi wartawan.

“PWI adalah organisasi besar, jangan mudah terpancing oleh hal-hal yang viral tapi belum tentu benar. Tugas wartawan adalah menjaga kredibilitas dan integritas informasi,” ujarnya. (pwisumut)